Gempa bukan satu-satunya sumber emas
Air yang berada dalam celah akan menguap selama gempa bumi. Yang lebih mengejutkan lagi, air tersebut menyimpan emas. Fenomena ini berdasarkan model yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience edisi 17 Maret 2013.
Dion Weatherley, seorang ahli geofisika di University of Queensland, Australia mengatakan bahwa model tersebut menyediakan mekanisme kuantitatif untuk hubungan antara emas dan kuarsa.
Ketika gempa bumi melanda, lapisan tanah akan bergerak, pecah dan membentuk celah. Celah yang besar akan memiliki patahan kecil yang panjang. Air seringkali mengisi celah itu dan patahan itu.
Sekitar 10 kilometer di bawah permukaan dengan suhu dan tekanan yang luar biasa, air membawa konsentrasi tinggi karbondioksida, silika dan elemen berharga lainnya seperti emas.
Selama gempa bumi, celah tersebut akan terbuka lebar dengan tiba-tiba. Ini seperti menarik tutup panci bertekanan. Air di dalam ruang kosong itu langsung menguap dan memaksa silika membentuk mineral kuarsa. Sedangkan emas akan keluar bersama-sama cairan menuju permukaan.
Para ilmuwan telah lama menduga bahwa penurunan tekanan tiba-tiba dapat menjelaskan hubungan antara emas yang tersimpan dan celah kuno. Weatherley mengatakan bahwa emas hanya akan tertinggal sedikit setelah gempa bumi karena cairan bawah tanah hanya membawa paling banyak satu bagian per juta dari elemen berharga. Namun, zona gempa seperti celah Alpine Selandia Baru, salah satu zona gempa tercepat di dunia, bisa membangun mineral berharga itu dalam 100 ribu tahun.
Anehnya, kuarsa tidak punya waktu banyak untuk mengkristal. Sebaliknya, mineral yang keluar bersama cairan akan berbentuk nanopartikel. Bahkan bisa jadi berupa zat seperti gel yang berada di dinding celah. Nanopartikel kuarsa tadi kemudian baru bisa mengkristal dari waktu ke waktu. "Besar kecilnya gempa bumi yang sangat sering terjadi di sistem sesar dapat menjadi pendorong utama pembentukan emas," kata Weatherlay.
Namun, gempa bukan satu-satunya sumber emas. Gunung berapi dan pipa saluran air di bawah tanah memicu untuk menghasilkan logam mulia. "Di bawah gunung berapi, sebagian besar emas tidak diendapkan dalam celah yang aktif selama gempa bumi. Ini mekanisme yang berbeda," ujar Jamie Wilkinson, seorang ahli geokimia di Imperial College London di Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Posting Komentar
silahkan komentar sesuka anda!